BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Amnion manusia terdiri dari 5
lapisan yang berbeda. Lapisan ini tidak mengganggu pembuluh darah maupun saraf,
sehingga nutrisi disuplai melalui cairan amnion. Lapisan paling dalam dan
terdekat pada fetus ialah epithelium amniotik. Epitel amniotik ini
mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan glikoprotein nolkolagen
(laminin,nidogen dan fibronectin) dari membran basalis, lapisan amnion
disebelah nya. Lapisan kompakta jaringan
konektif yang melekat pada membrane basalis ini membentuk skeleton fibrosa dari
amnion.
Kolagen dari lapisan kompakta
disekresikan oleh sel mesenkim dari
lapisan fibroblast. Kolagen interstitial (tipe I dan tipe III) mendominasi dan
membentuk parallel bundles yang mempertahankan intregitas mekanikan amnion.
Kolagen tipe V dan VI membentuk koneksi filamentosa antara kolagen interstitial
dan membrane basalis epithellial. Tidak ada interposisi dari materi yang
menyusun fibril kolagen pada jaringan konektif amniontic sehingga amnion dapat
mempertahankan tensile strength selama stadium akhir kehamilan normal.
Lapisan fibroblast merupakan
lapisan amniotic yang paling tebal terdiri dari sel mesenkimal dan makrofag
diantara matriks seluler kolagen pada
lapisan ini membentuk jaringan longgar
dari glikoprotein non kolagenosa.
1.2.
Tujuan
1.2.1.
Tujuan
Umum
Adapun
tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb
IV dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai asuhan kebidanan pada
ibu hamil dengan oligohidramnion.
1.2.2.
Tujuan
Khusus
1. Untuk mengetahui
pengertian dari air ketuban
2. Untuk mengetahui fungsi
dari air ketuban
3. Untuk mengetahui
pengertian dari oligohidramnion
4. Untuk mengetahui
etiologi dari oligohidramnion
5. Untuk mengetahui
patofisiologi dari oligohidramnion
6. Untuk mengetahui dan
memahami tanda dan gejala oligohidramnion
7. Untuk mengetahui
gambaran klinik dari oligohidramnion
8. Untuk mengetahui dan
memahami resiko kehamilan dengan oligohidramnion
9. Untuk mengetahui dan
menentukan diagnosa dari oligohidramnion
10.Untuk
mengetahui dan mengimplementasikan penatalaksanaan dari oligohidramnion
11.Untuk
mengetahui dan mengimplementasikan pemeriksaan penunjang dari oligohidramnion
12. Untuk
mengimplementasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion.
1.3.
Manfaat
1. Dapat mengetahui
pengertian dari air ketuban
2. Dapat mengetahui
fungsi dari air ketuban
3. Dapat mengetahui
pengertian dari oligohidramnion
4. Dapat mengetahui
etiologi dari oligohidramnion
5. Dapat mengetahui
patofisiologi dari oligohidramnion
6. Dapat mengetahui dan
memahami tanda dan gejala oligohidramnion
7. Dapat mengetahui
gambaran klinik dari oligohidramnion
8. Dapat mengetahui dan
memahami resiko kehamilan dengan oligohidramnion
9. Dapat mengetahui dan menentukan diagnosa dari
oligohidramnion
10.Dapat
mengetahui dan mengimplementasikan penatalaksanaan dari oligohidramnion
11.Dapat mengetahui
dan mengimplementasikan pemeriksaan penunjang dari oligohidramnion
12.Dapat
mengimplementasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Air Ketuban
Air Ketuban merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat, bagian
dalam selaput berhubungan dengan cairan yang merupakan jaringan sel kuboid yang
asalnya ektoderm. ( Sarwono, 2009)
2.2. Fungsi Air Ketuban
Air Ketuban memiliki beberapa fungsi yang penting diantaranya :
Ø Melindungi bayi dari trauma
Ø Terjepitnya tali pusat
Ø Menjaga kestabilan suhu dalam rahim
Ø Melindungi dari infeksi
Ø Membuat bayi bisa bergerak sehingga otot- ototnya berkembang
dengan baik serta membantu perkembangan saluran cerna dan paru janin.
2.3. Pengertian Oligohidramnion
Oligohidramnion
adalah suatu keadaan dimana air ketuban sangat sedikit yakni berkurang dari
normal yaitu kurang dari 500cc.
2.4.
Etiologi
Ø Sebab
pasti belum diketahui dengan jelas
Ø Primer,
karena pertumbuhan amnion yang kurang baik
Ø Sekunder,
ketuban pecah dini
Adapun
penyebab terjadinya oligohidramnion menurut beberapa ahli yaitu dari segi:
Ø Fetal
:
·
Kromosom
·
Kongenital
·
Hambatan pertumbuhan
janin
·
Kehamilan postterm
·
Premature ROM (Rupture
Of amniotic Membranes)
Ø Maternal
:
·
Hidrasi
·
Insufisiensi uteroplasental
·
Preeklampsia
·
Diabetes
·
Hipoksia kronis
2.5.
Patofisiologi
Secara umum,
oligohidramnion berhubungan dengan :
1. Rupture
membrane amnion/rupture of amniotic membrane(ROM)
2. Gangguan
congenital dari jaringan fungsional ginjal atau obstruktif uropathi
3. Keadaan-keadaan
yang mencegah pembentukan urin atau masuknya urin tergantung amnion
4. Fetal
urinary tract
Malformation :
seperti renal agenesis, cystic dysplasia dan atresia uretra
5. Reduksi
kronis dari produksi urin fetus sehingga menyebabkan penurunan perfusi renal
6. Sebagai
konsekuensi dari hipoksemia yang menginduksi redistribusi kardiak output fetal
7. Pada
growth-restricted fetus, hipoksia kronis menyebabkan aliran darah dari ginjal ke
organ-organ vital lain
8. Anuria
dan oliguria
Namun
dari beberapa kepustakaan Juga menyatakan bahwa mekanisme atau patofisiologi
terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan
fenotip pottern, dimana sindroma potter dan fenotip potter adalah suatu keadaan
kompleks yang berhubungan dengan ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit)
Fenotip
potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir dimana
cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan
bayinya bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dinding
rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah potter). Selain itu, karena
didalam ruangan rahim sempit maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau
mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion
juga menyebakan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik)
sehingga pada saat lahir paru-paru tidak berfungsi sebagaimana fungsinya. Pada
sindroma potter kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal maupun karena penyakit lain pada ginjal yang
menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam
keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak
adanya cairan ketuban menyebabkan cairan yang khas dari sindroma potter. Gejala
sindroma potter berupa : wajah potter (kedua mata terpisah jauh terdapat
lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang
tertarik ke belakang).
2.6.
Tanda dan gejala oligahidramnion:
1. Janin
dapat diraba dengan mudah
2. Tidak
ada efek pantul(ballotement)
3. Penambahan
tinggi fundus uteri berlangsung lambat
Gejala
dan tanda tersebut berdasarkan pada fakta bahwa cairan amnion yang ditemukan
berada dibawah jumlah yang normal untuk usia kehamilan tertentu. Pada kehamilan
normal, volume cairan amnion wanita bervariasi dan dapat mengalami
pluktuasi.Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 ml pada
trimester ke-3 kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu, jumlah tersebut
mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan sekitar 800ml pada usia cukup
bulan. Pengukuran volume cairan amnion dilakukan dengan ultrasonografi dan ini
merupakan komponen standar pada pemeriksaan ultrasonografi lengkap.
2.7.
Gambaran klinis
1) Uterus
tampak kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen
2) Ibu
merasa nyeri di perut pada tiap pergerakan janin
3) Bunyi
jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas
4) Sering
berakhir dengan partus prematurus
5) Persalinan
lebih lama dari biasanya
6) Sewaktu
his akan terasa sakit sekali
7) Bila
ketuban pecah ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
2.8.
Akibat oligohidramnion
1. Bila
terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan
pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu
picak seperti kertas kusut Karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
2. Bila
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat baewaan karena
tekanan atau kulit jadi kering.
2.9.
Resiko Kehamilan dengan Oligohidramnion
· Resiko
ibu:
persalinan yang
tidak sesuai dengan proses yang semestinya
· Resiko
janin:
1. Hipoksia
janin yang berhubungan dengan kompresi tali pusat, karena tali pusat mempunyai
sedikit cairan yang dapat membuatnya terapung.
2. Resiko
hipokplasi jaringan paru yang meningkat, jika kasus telah ada sebelumnya ada
setelah gestasi.
2.10.
Diagnosa
Oligohidramnion
harus dicurigai jika TFU lebih rendah secara bermakna dibandingkan yang
diharapkan pada usia gestasi tersebut. Penyebab oligohidramnion adalah absobrsi
atau kehilangan cairan yang meningkat kepada KPD sehingga menyebabkan 50% kasus
oligohidramnion
Diagnosa
dibuat dengan pemeriksaan USG yaitu dengan mengukur indeks cairan ketuban.
Amniotic fluit index (AFI) tetapi secara klinis (dengan pemeriksaan fisik) bisa
di duga dengan : pengukuran tinggi fundus uteri dan palpasi. Namun hal ini
hanya berupa asumsi saja, tetapi harus di konfirmasi melalui pemeriksaan USG.
USG
juga bisa melihat anatomi janin untuk melihat kelainan seperti ginjal yang
tidak tumbuh ( dengan tidak terlihatnya urin pada kandung kemih janin ) serta
untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Pemeriksaan dengan speculum
dapat di lakukan guna mendeteksi adanya kebocoran air ketuban akibat pecahnya
air ketuban.
Jika
terjadi oligohidramnion sebelum cukup bulan, dilakukan secara ekspektatif
tergantung kondisi bayi dan ibu, sedangkan jika terjadi pada bumil cukup bulan,
dilakukan pengakhiran kehamilan sesuai dengan kondisi kematangan leher rahim,
jika sudah matang di lakukan induksi persalinan.
2.11.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pada ibu :
1. Istirahat
yang cukup
2. Perbaiki
nutrisi dan cairan
3. Pemantauan
kesejahteraan janin
4. Hitung
pergerakan janin
5. Pemeriksaan
USG.
Jumlah
air ketuban bisa di tambah dari luar dengan melakukan amnioinfusion yaitu
dengan cara memasukan cairan NaCL melalui leher rahim, sehingga akan menurunkan
angka Caesar pada kasus oligohidramnion.
2.12.Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan yang
biasa dilakukan :
1. USG
ibu (menunjukan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal
yang sangat abnormal).
2. Rontgen
perut bayi
3. Rontgen
paru-paru bayi
BAB III
TINJAUAN
KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA KEHAMILAN
DENGAN OLIGOHIDRAMNION
Tanggal
: 09 Desember 2011
Pukul : 15.00 WIB
I.
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama Ibu
: Ny. Ardina Rasti
Nama Suami : Tn. Irwansyah
Umur
: 23 Tahun
Umur :
26 Tahun
Agama
: Islam
Agama : Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan : S1
Suku
: Jawa
Suku :
Jawa
Pekerjaan
:
IRT
Pekerjaan : PNS
Alamat
: Jl. Jend. Sudirman
Alamat : Jl.
Jend Sudirman
Karawang Karawang
Kec.Karawang barat Karawang Barat
B.
ANAMNESA
Tanggal : 09 Desember 2011 Pukul : 15.00 WIB Oleh : Bidan
1.
Keluhan Utama
Ibu datang ke BPS PH, dengan keluhan ibu merasa nyeri diperut setiap
ada pergerakan janin, ibu menyatakan bahwa ibu pernah melakukan pemeriksaan USG
dan hasilnya di ketahui bahwa cairan ketuban ibu sedikit yaitu < 500 cc.
2.
Riwayat Kehamilan
a.
Riwayat
menstruasi
HPHT : 23 April 2011, siklus 28 hari, lamanya 6 hari, TP : 30 Januari 2012. ANC
dilakukan secara teratur setiap bulan di BPS Permata Hati.
b.
Pergerakan Janin dalam Rahim
Ibu mengatakan gerakan janin yang dirasakan >10 x setiap 24 jam
c.
Keluhan yang
di rasakan
Selama Hamil
ibu tidak mengalami keluhan-keluhan yang berat, hanya mengalami ngidam pada
waktu hamil muda (Trimester I)
d.
Diet / pola
makan
Ibu
menyatakan pola makan meningkat 3 kali per hari dengan menu nasi, lauk dan
sayur, dengan porsi sedang.
e.
Pola Eliminasi
·
Ibu mengatakan BAB 1 x dalam 1 hari, konsistensi lunak, tidak ada keluhan seperti : panas dan
nyeri saat BAB.
·
Ibu mengatakan sering buang air kecil (BAK) 6 – 7 x
per hari, warna urin jernih, tidak ada
keluhan seperti : nyeri dan panas saat BAK.
f.
Pola Istirahat
Ibu
mengatakan tidur siang 1 jam, tidur malam 7 – 8 jam
per hari.
Frekuensi hubungan seksual 1 x / minggu, dan tidak ada keluhan.
Ibu masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti masak, nyuci, nyapu,
dll.
g.
Riwayat Imunisasi
Selama hamil
ibu mengatakan imunisasi TT sudah 2 x di BPS PH. TT1 pada
usia kehamilan 5 bulan, TT2 usia kehamilan 6 bulan.
h.
Riwayat
kontrasepsi
Ibu menyatakan pernah menggunakan
KB suntik 3 bulan selama 1 tahun.
3.
Riwayat
kehamilan , Persalinan , Nifas yang lalu :
No
|
Tgl/th persalinan
|
Tmpt persalinan
|
Usia persalinan
|
Jenis persalinan
|
penolong
|
Penyulit kehamilan & persalinan
|
Anak
|
|
|
|
Nifas
|
|
|
|
|
|
|
|
Jenis kelamin
|
BB
|
PB
|
Keadaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. Riwayat Kesehatan
a.
Ibu tidak
pernah atau sedang menderita suatu penyakit seperti jantung, anemia,
hipertensi, TBC ,dll.
b.
Perilaku
Kesehatan
Ibu tidak mengkonsumsi alcohol, ibu tidak
merokok, mandi sikat gigi cuci rambut dan ganti pakaian dilakukan setiap hari.
5.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
· Ibu menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti :.DBD,
TBC, Malaria dll.
· Ibu menatakan tidak riwayat keturunan seperti : Hypertensi, Jantung,
Diabetes Melitus, Asma.
· Ibu menyatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar.
6.
Riwayat
Sosial
a.
Ibu
menyatakan bahwa kehamilannya direncanakan
b.
Jenis
kelamin yang ibu harapkan adalah perepuan
c.
Ibu
berencana untuk bersalin di BPS
d.
Bila terjadi
komplikasi maka suami dan keluarga lah yang bertanggung jawab
e.
Penyandang
dana dalam keluarga adalah suami
f.
Ibu baru
menikah selama 1 tahun
g.
Susunan
keluarga yang tinggal serumah :
No
|
Jenis
|
Umur
|
Hubungan
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
|
Kelamin
|
(Tahun)
|
Keluarga
|
|
|
1.
|
LK
|
26 th
|
Suami
|
S1
|
PNS
|
2.
|
PR
|
23 th
|
Istri
|
SMA
|
IRT
|
h.
Ibu tidak
memiliki kepercayaan yag berhubungan dengan kehamilan , persalinan dan nifas
i.
Penghasilan
pokok perbulan : Rp. 1200.000/ bulan
Pengeluaran pokok perbulan :
Rp. 800.000/ bulan
C.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum : Baik , Kesadaran : Composmentis,
Keadaan
Emosional : Stabil
b. Tanda-tanda
vital
Tekanan
darah : 110/70 mmHg , Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 37 0C , Pernafasan
: 23 x/menit
c.
TB/BB : 155 cm/50 kg sebelum hamil,
sesudah hamil 59 kg , kenaikan BB : 9 kg
d. Pemeriksaan Fisik :
1)
Rambut
: bersih,
hitam, tidak mudah rontok
2)
Muka
: tidak ada oedema, simetris, tidak ada
cloasma gravidarum
3)
Mata
: simetris kanan-kiri, tidak ada oedem pada kelompok mata, Konjungtiva
merah muda, Sklera tidak
ikterik, penglihatan baik
4)
Hidung
: bentuk simetris, bersih , tidak ada
sekret
5)
Mulut
: tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gigi tidak berlubang, bersih
6)
Telinga
:
bentuk simetris, tidak ada serumen, bersih, berfungsi baik
7)
Leher
:
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
8)
Dada
: bentuk
simetris, putting susu menonjol, colostrum sudah ada, keadaan mammae bersih
9)
Pinggang
: tidak ada nyeri ketuk ,
posisi tulang belakang hiperlordosis
10)
Abdomen
a)
Bekas luka operasi :
Tidak ada.
b)
Pembesaran perut : Sesuai dengan usia kehamilan,
konsistensi lunak , tidak ada
pembesaran liver , tidak ada benjolan ,
kontraksi (-)
c)
Tinggi fundus uteri : 30 cm,
TBJ : (30 - 12) x 155 = 2790 gram
d)
Palpasi :
·
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX
Pada fundus,
teraba bagian keras, bulat, tidak
melenting (bokong)
·
Leopold II : Kanan teraba bagian janin yang keras, panjang, seperti
ada tahanan yaitu punggung (puka)
Kiri teraba
bagian janin yang kecil- kecil (ekstremitas)
·
Leopold III : Bagian janin yang teraba bulat,
keras,
melenting(kepala)
·
Leopold IV : Bagian
terendah janin sudah masuk PAP
·
Palpasi kandung kemih : Kandung
kemih kosong
11)
Auskultasi
Ø Punctum Maximum
: 3 jari di bawah pusat bagian kanan ibu ( x · )
Ket : x = PM
· = Pusat
Ø DJJ :
135 x/menit , Teratur
12) Ekstremitas Bawah (tungakai)
1) Tidak ada
oedema pada kaki
2) Tidak ada kekakuan sendi
3) Tidak ada kemerahan
4) Tidak
ada varises
5) Refleks Patela (+)
13) Anogenital
Ø vulva dan
vagina tidak ada luka, parut perineum,
condiloma acuminata, condilomata, tidak oedema, pembesaran kelenjar bartholini,
rasa nyeri tidak ada.
Ø Tidak ada pengeluran seperti flour albus, darah maupun air ketuban
Ø Tidak ada haemoroid pada anus
II.
INTERPRETASI DATA, DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
A.
Diagnosa
Ibu = G1PoAo hamil 33 minggu dengan oligohidramnion
Janin = Hidup,
tunggal, intra uterine, presentasi kepala.
B.
Masalah
Nyeri perut
tiap ada pergerakan janin
C.
Kebutuhan
· Istirahat
yang cukup
· Perbaiki
nutrisi dan cairan
· Pemantauan
kesejahteraan janin
· Hitung
pergerakan janin
· Pemeriksaan
USG.
III. IDENTIFIKASI
DIAGNOSA, DAN MASALAH POTENSIAL
Hipoksia Janin
IV. IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN SEGERA DAN KOLABORASI
A.
Mandiri : tidak ada
B.
Kolaborasi : dengan dokter obgyn
C.
Rujukan : ke tempat yang memilki fasilitas
lebih memadai (RS)
V.
RENCANA
a.
Jelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu.
b. Berikan penkes tentang pola istirahat
kepada ibu.
c. Berikan penkes tentang nutrisi dan cairan kepada ibu.
d. Melakukan pemantauan
kesejahteraan janin.
e. Berikan penkes tentang hitung pergerakan janin.
f. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan
USG.
g.
Beritahukan
tanda bahaya akibat oligohidramnion .
h.
Lakukan
Kolaborasi dan siapkan rujukan dengan dokter obgyn.
i.
Berikan obat
kepada ibu.
j.
Informasikan
jadwal kunjungan ulang kepada ibu.
VI.
TINDAKAN
1.
Menjelaskan pada ibu tentang hasil
pemeriksaan bahwa kehamilannya mengalami komplikasi yaitu kadar ketuban di dalam rahim sedikit sehingga
Janin
dapat diraba dengan mudah karena tidak ada efek pantul(ballotement) sehingga penambahan
tinggi fundus uteri berlangsung lambat dan apabila tidak
segera di tangani akan mengganggu kesehatan ibu serta janin, adapun penyebab
terjadinya oligohidramnion antara lain di karenakan oleh :
· Fetal
: kromosom, congenital, hambatan pertumbuhan janin, kehamilan postterm,
premature.
· Maternal
: hidrasi, preeklamsia, diabetes, hipoksia kronis.
2.
Menganjurkan
kepada ibu untuk istirahat yang cukup ,jangan tidur terlalu larut, jangan
bekerja terlalu berat dan capek.
3.
Memberikan
penkes nutrisi dan cairan kepada ibu yaitu menyarankan kepada ibu untuk makan
makanan yang bergizi seimbang secara teratur, dan jangan ada pantrangan saat
makan.
4.
Memantau
kesejahteraan janin dengan pemeriksaan DJJ. Diketahui DJJ = 135x/ menit dengan
bunyi DJJ yang sangat jelas.
5.
Memberitahukan ibu tentang cara menghitung pergerakan
janin setiap harinya.
6.
Menyarankan
kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan USG ulang.
7.
Memberitahukan
tanda bahaya akibat oligohidramnion pada janin yaitu:
· Bila
terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan
pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu
picak seperti kertas kusut Karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
· Bila
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan karena
tekanan atau kulit jadi kering.
8.
Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dan menyiapkan rujukan.
9.
Memberikan obat 1
lembar tablet Fe diminum 1x1 pada malam hari dengan air putih atau air jeruk, 1
lembar kalk diminum 1x1 pada pagi hari dengan air putih.
10.
Menyarankan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu
sekali atau jika ada indikasi.
VII.
EVALUASI
a. Ibu mengerti dengan penjelasan yang sudah di
jelaskan oleh bidan.
b. Ibu mau mengikuti saran dari bidan.
c. Ibu mau makan makanan yang bergizi dan seimbang.
d. Janin dalam keadaan baik.
e. Ibu akan melakukan pemeriksaan USG.
f. Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya pada ibu
hamil dengan oligohidramnion.
g. Ibu mau minum obat dari bidan.
h. Dilakukan kolaborasi dengan dr. obgyn.
i.
Ibu dan keluarga sudah mengetahui bahwa ibu akan di rujuk, dan sudah
mempersiapkan rujukan.
j.
Ibu akan datang 2 minggu kemudian untuk memeriksakan kehamilannya atau
jika ada indikasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Air Ketuban merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat,
bagian dalam selaput berhubungan dengan cairan yang merupakan jaringan sel
kuboid yang asalnya ektoderm. ( Sarwono, 2009)
Air
ketuban memiliki beberapa peranan yang penting diantaranya melindungi bayi dari
trauma, terjepitnya tali pusat, menjaga kestabilan suhu dalam rahim, melindungi
dari infeksi, membuat bayi bisa bergerak sehingga otot-ototnya berkembang
dengan baik serta membantu perkembangan saluran cerna dan paru janin.
Oligohidramnion
adalah suatu keadaan dimana air ketuban sangat sedikit yakni berkurang dari
normal yaitu kurang dari 500cc.
Pada
ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterus tampak kecil dari usia
kehamilan dan tidak ada ballotemen, ibu merasa nyeri diperut pada setiap
pergerakan janin. Sering berakhir dengan partus prematurus bunyi jantung janin
sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas, persalinan lebih
lama dan biasanya, sewaktu his akan sedikit sekali, air ketuban sedikit sekali
bahkan tidak ada yang keluar.
Umumnya
cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 ml pada trimester ke-3 kehamilan.
Menginjak usia kehamilan 34 minggu, jumlah tersebut mulai berkurang secara
bertahap dan menyisakan sekitar 800ml pada usia cukup bulan. Pengukuran volume
cairan amnion dilakukan dengan ultrasonografi dan ini merupakan komponen
standar pada pemeriksaan ultrasonografi lengkap.
Pada
kasus ini Ny. A mengalami komplikasi dalam kehamilannya yaitu jumlah cairan
ketubannya < 500 cc, ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan janin
dan DJJ terdengar lebih jelas. Maka dapat diagnose ibu G1P0A0 hamil 33minggu dengan oligohidramnion,
4.2.
Saran
a.
Bagi Mahasiswa
1. Diharapkan
setiap mahasiswa dapat mengerti dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
oligohidramnion
2. Diharapkan
setiap mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala oligogohidramnion
3. Diharapkan setiap mahasiswa dapat menentukan
diagnose dari kehamilan dengan oligohidramnion
b. Bagi
Tenaga Kesehatan
1. Diharapkan
setiap Nakes dapat melakukan penatalaksanaan segera pada bumil dengan
oligohidramnion
2. Diharapkan
setiap Nakes dapat memberikan asuhan kebidanan pada bumil dengan
oligohidramnion secara komprehensif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar