Selasa, 30 Oktober 2012

MAKALAH MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA KEHAMILAN DENGAN OLIGOHIDRAMNION


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang
Amnion manusia terdiri dari 5 lapisan yang berbeda. Lapisan ini tidak mengganggu pembuluh darah maupun saraf, sehingga nutrisi disuplai melalui cairan amnion. Lapisan paling dalam dan terdekat pada fetus ialah epithelium amniotik. Epitel amniotik ini mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan glikoprotein nolkolagen (laminin,nidogen dan fibronectin) dari membran basalis, lapisan amnion disebelah nya. Lapisan kompakta  jaringan konektif yang melekat pada membrane basalis ini membentuk skeleton fibrosa dari amnion.
Kolagen dari lapisan kompakta disekresikan oleh sel  mesenkim dari lapisan fibroblast. Kolagen interstitial (tipe I dan tipe III) mendominasi dan membentuk parallel bundles yang mempertahankan intregitas mekanikan amnion. Kolagen tipe V dan VI membentuk koneksi filamentosa antara kolagen interstitial dan membrane basalis epithellial. Tidak ada interposisi dari materi yang menyusun fibril kolagen pada jaringan konektif amniontic sehingga amnion dapat mempertahankan tensile strength selama stadium akhir kehamilan normal.
Lapisan fibroblast merupakan lapisan amniotic yang paling tebal terdiri dari sel mesenkimal dan makrofag diantara matriks seluler  kolagen pada lapisan ini membentuk jaringan longgar  dari glikoprotein non kolagenosa.
1.2.       Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari air ketuban
2. Untuk mengetahui fungsi dari air ketuban
3. Untuk mengetahui pengertian dari oligohidramnion
4. Untuk mengetahui etiologi dari oligohidramnion
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari oligohidramnion
6. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala oligohidramnion
7. Untuk mengetahui gambaran klinik dari oligohidramnion
8. Untuk mengetahui dan memahami resiko kehamilan dengan oligohidramnion
9. Untuk mengetahui dan menentukan diagnosa dari oligohidramnion
10.Untuk mengetahui dan mengimplementasikan penatalaksanaan dari oligohidramnion
11.Untuk mengetahui dan mengimplementasikan pemeriksaan penunjang dari oligohidramnion
12. Untuk mengimplementasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion.


1.3.       Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian dari air ketuban
2. Dapat mengetahui fungsi dari air ketuban
3. Dapat mengetahui pengertian dari oligohidramnion
4. Dapat mengetahui etiologi dari oligohidramnion
5. Dapat mengetahui patofisiologi dari oligohidramnion
6. Dapat mengetahui dan memahami tanda dan gejala oligohidramnion
7. Dapat mengetahui gambaran klinik dari oligohidramnion
8. Dapat mengetahui dan memahami resiko kehamilan dengan oligohidramnion
9.  Dapat mengetahui dan menentukan diagnosa dari oligohidramnion
10.Dapat mengetahui dan mengimplementasikan penatalaksanaan dari oligohidramnion
11.Dapat mengetahui dan mengimplementasikan pemeriksaan penunjang dari oligohidramnion
12.Dapat mengimplementasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion



BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1. Pengertian Air Ketuban
Air Ketuban merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat, bagian dalam selaput berhubungan dengan cairan yang merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ektoderm. ( Sarwono, 2009)
2.2. Fungsi Air Ketuban
Air Ketuban memiliki beberapa fungsi yang penting diantaranya :
Ø  Melindungi bayi dari trauma
Ø  Terjepitnya tali pusat
Ø  Menjaga kestabilan suhu dalam rahim
Ø  Melindungi dari infeksi
Ø  Membuat bayi bisa bergerak sehingga otot- ototnya berkembang dengan baik serta membantu perkembangan saluran cerna dan paru janin.
2.3. Pengertian Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban sangat sedikit yakni berkurang dari normal yaitu kurang dari 500cc.
2.4. Etiologi
Ø  Sebab pasti belum diketahui dengan jelas
Ø  Primer, karena pertumbuhan amnion yang kurang baik
Ø  Sekunder, ketuban pecah dini
Adapun penyebab terjadinya oligohidramnion menurut beberapa ahli yaitu dari segi:
Ø Fetal :
·       Kromosom
·       Kongenital
·       Hambatan pertumbuhan janin
·       Kehamilan postterm
·       Premature ROM (Rupture Of amniotic Membranes)
Ø Maternal :
·      Hidrasi
·      Insufisiensi  uteroplasental
·      Preeklampsia
·      Diabetes
·      Hipoksia kronis
2.5. Patofisiologi
Secara umum, oligohidramnion berhubungan dengan :
1.    Rupture membrane amnion/rupture of amniotic membrane(ROM)
2.    Gangguan congenital dari jaringan fungsional ginjal atau obstruktif uropathi
3.    Keadaan-keadaan yang mencegah pembentukan urin atau masuknya urin tergantung amnion
4.    Fetal urinary tract
Malformation : seperti renal agenesis, cystic dysplasia dan atresia uretra
5.    Reduksi kronis dari produksi urin fetus sehingga menyebabkan penurunan perfusi renal
6.    Sebagai konsekuensi dari hipoksemia yang menginduksi redistribusi kardiak output fetal
7.    Pada growth-restricted fetus, hipoksia kronis menyebabkan aliran darah dari ginjal ke organ-organ vital lain
8.    Anuria dan oliguria
Namun dari beberapa kepustakaan Juga menyatakan bahwa mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana sindroma potter dan fenotip potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit)
Fenotip potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayinya bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah potter). Selain itu, karena didalam ruangan rahim sempit maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebakan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik) sehingga pada saat lahir paru-paru tidak berfungsi sebagaimana fungsinya. Pada sindroma potter kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan cairan yang khas dari sindroma potter. Gejala sindroma potter berupa : wajah potter (kedua mata terpisah jauh terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).

2.6. Tanda dan gejala oligahidramnion:
1.    Janin dapat diraba dengan mudah
2.    Tidak ada efek pantul(ballotement)
3.    Penambahan tinggi fundus uteri berlangsung lambat
Gejala dan tanda tersebut berdasarkan pada fakta bahwa cairan amnion yang ditemukan berada dibawah jumlah yang normal untuk usia kehamilan tertentu. Pada kehamilan normal, volume cairan amnion wanita bervariasi dan dapat mengalami pluktuasi.Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 ml pada trimester ke-3 kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu, jumlah tersebut mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan sekitar 800ml pada usia cukup bulan. Pengukuran volume cairan amnion dilakukan dengan ultrasonografi dan ini merupakan komponen standar pada pemeriksaan ultrasonografi lengkap.
2.7. Gambaran klinis
1)      Uterus tampak kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen
2)      Ibu merasa nyeri di perut pada tiap pergerakan janin
3)      Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas
4)      Sering berakhir dengan partus prematurus
5)      Persalinan lebih lama dari biasanya
6)      Sewaktu his akan terasa sakit sekali
7)      Bila ketuban pecah ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
2.8. Akibat oligohidramnion
1.    Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut Karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
2.    Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat baewaan karena tekanan atau kulit jadi kering.
2.9. Resiko Kehamilan dengan Oligohidramnion
·  Resiko ibu:
persalinan yang tidak sesuai dengan proses yang semestinya
·  Resiko janin:
1.      Hipoksia janin yang berhubungan dengan kompresi tali pusat, karena tali pusat mempunyai sedikit cairan yang dapat membuatnya terapung.
2.      Resiko hipokplasi jaringan paru yang meningkat, jika kasus telah ada sebelumnya ada setelah gestasi.
2.10. Diagnosa
Oligohidramnion harus dicurigai jika TFU lebih rendah secara bermakna dibandingkan yang diharapkan pada usia gestasi tersebut. Penyebab oligohidramnion adalah absobrsi atau kehilangan cairan yang meningkat kepada KPD sehingga menyebabkan 50% kasus oligohidramnion
Diagnosa dibuat dengan pemeriksaan USG yaitu dengan mengukur indeks cairan ketuban. Amniotic fluit index (AFI) tetapi secara klinis (dengan pemeriksaan fisik) bisa di duga dengan : pengukuran tinggi fundus uteri dan palpasi. Namun hal ini hanya berupa asumsi saja, tetapi harus di konfirmasi melalui pemeriksaan USG.
USG juga bisa melihat anatomi janin untuk melihat kelainan seperti ginjal yang tidak tumbuh ( dengan tidak terlihatnya urin pada kandung kemih janin ) serta untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Pemeriksaan dengan speculum dapat di lakukan guna mendeteksi adanya kebocoran air ketuban akibat pecahnya air ketuban.
Jika terjadi oligohidramnion sebelum cukup bulan, dilakukan secara ekspektatif tergantung kondisi bayi dan ibu, sedangkan jika terjadi pada bumil cukup bulan, dilakukan pengakhiran kehamilan sesuai dengan kondisi kematangan leher rahim, jika sudah matang di lakukan induksi persalinan.
2.11.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu :
1.      Istirahat yang cukup
2.      Perbaiki nutrisi dan cairan
3.      Pemantauan kesejahteraan janin
4.      Hitung pergerakan janin
5.      Pemeriksaan USG.  
Jumlah air ketuban bisa di tambah dari luar dengan melakukan amnioinfusion yaitu dengan cara memasukan cairan NaCL melalui leher rahim, sehingga akan menurunkan angka Caesar pada kasus oligohidramnion.
2.12.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan :
1.    USG ibu (menunjukan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal).
2.    Rontgen perut bayi
3.    Rontgen paru-paru bayi



BAB III
TINJAUAN KASUS


MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA KEHAMILAN
DENGAN OLIGOHIDRAMNION


Tanggal :  09 Desember 2011                                          Pukul  : 15.00 WIB
I.         PENGKAJIAN
A.  IDENTITAS
Nama Ibu     :  Ny. Ardina Rasti          Nama Suami :  Tn. Irwansyah
Umur            :  23 Tahun                      Umur            :  26 Tahun
Agama          :  Islam                            Agama          :  Islam
Pendidikan   :  SMA                            Pendidikan     :  S1
Suku             :  Jawa                             Suku              :  Jawa
Pekerjaan      :  IRT                               Pekerjaan      :  PNS    
Alamat          :  Jl. Jend. Sudirman        Alamat          :  Jl. Jend Sudirman
                        Karawang                                               Karawang

                        Kec.Karawang barat                              Karawang Barat
B.    ANAMNESA
Tanggal    : 09 Desember 2011    Pukul   : 15.00 WIB    Oleh    : Bidan
1.    Keluhan Utama
Ibu datang ke BPS PH, dengan keluhan ibu merasa nyeri diperut setiap ada pergerakan janin, ibu menyatakan bahwa ibu pernah melakukan pemeriksaan USG dan hasilnya di ketahui bahwa cairan ketuban ibu sedikit yaitu < 500 cc.
2.    Riwayat Kehamilan
a.    Riwayat menstruasi
HPHT : 23 April 2011, siklus 28 hari, lamanya 6 hari, TP :  30 Januari 2012. ANC dilakukan secara teratur setiap bulan di BPS Permata Hati.
b.    Pergerakan Janin dalam Rahim
Ibu mengatakan gerakan janin yang dirasakan  >10 x setiap 24 jam
c.    Keluhan yang di rasakan
Selama Hamil ibu tidak mengalami keluhan-keluhan yang berat, hanya mengalami ngidam pada waktu hamil muda (Trimester I)
d.   Diet / pola makan
Ibu menyatakan pola makan meningkat 3 kali per hari dengan menu nasi, lauk dan sayur, dengan porsi sedang.


e.    Pola Eliminasi
·      Ibu mengatakan BAB 1 x dalam 1 hari, konsistensi lunak, tidak ada keluhan seperti : panas dan nyeri saat BAB.
·      Ibu mengatakan sering buang air kecil (BAK) 6 – 7 x per hari, warna urin jernih, tidak ada keluhan seperti : nyeri dan panas saat BAK.
f.     Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam, tidur malam 7 – 8 jam per hari.
Frekuensi hubungan seksual 1 x / minggu, dan tidak ada keluhan.
Ibu masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti masak, nyuci, nyapu, dll.
g.    Riwayat Imunisasi
Selama hamil ibu mengatakan imunisasi TT sudah 2 x di BPS PH. TT1 pada usia kehamilan 5 bulan, TT2 usia kehamilan 6 bulan.
h.    Riwayat kontrasepsi
Ibu menyatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 1 tahun.
3.    Riwayat kehamilan , Persalinan , Nifas yang lalu       :



No
Tgl/th persalinan
Tmpt persalinan
Usia persalinan
Jenis persalinan
penolong
Penyulit kehamilan & persalinan
Anak



Nifas







Jenis kelamin
BB
PB
Keadaan














4.  Riwayat Kesehatan
a.    Ibu tidak pernah atau sedang menderita suatu penyakit seperti jantung, anemia, hipertensi, TBC ,dll.
b.    Perilaku Kesehatan
     Ibu tidak mengkonsumsi alcohol, ibu tidak merokok, mandi sikat gigi cuci rambut dan ganti pakaian dilakukan setiap hari.
5.    Riwayat Kesehatan Keluarga
·      Ibu menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti :.DBD, TBC, Malaria dll.
·      Ibu menatakan tidak riwayat keturunan seperti : Hypertensi, Jantung, Diabetes Melitus, Asma.
·      Ibu menyatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar.
6.    Riwayat Sosial
a.       Ibu menyatakan bahwa kehamilannya direncanakan
b.      Jenis kelamin yang ibu harapkan adalah perepuan
c.       Ibu berencana untuk bersalin di BPS
d.      Bila terjadi komplikasi maka suami dan keluarga lah yang bertanggung jawab
e.       Penyandang dana dalam keluarga adalah suami
f.       Ibu baru menikah selama 1 tahun
g.      Susunan keluarga yang tinggal serumah :
No
Jenis
Umur
Hubungan
Pendidikan
Pekerjaan

Kelamin
(Tahun)
Keluarga


1.
LK
26 th
Suami
S1
PNS
2.
PR
23 th
Istri
SMA
IRT

h.      Ibu tidak memiliki kepercayaan yag berhubungan dengan kehamilan , persalinan dan nifas
i.        Penghasilan pokok perbulan : Rp. 1200.000/ bulan
Pengeluaran pokok perbulan : Rp. 800.000/ bulan
C.   Pemeriksaan Fisik
a.    Keadaan umum      Baik , Kesadaran      Composmentis,
Keadaan Emosional            : Stabil
b.    Tanda-tanda vital
Tekanan darah     :  110/70 mmHg , Nadi                     :  80 x/menit
Suhu                    :  37 0C                , Pernafasan           :  23 x/menit
c.    TB/BB  :  155 cm/50 kg sebelum hamil, sesudah hamil 59 kg , kenaikan BB : 9 kg
d.   Pemeriksaan Fisik   :
1)         Rambut            :  bersih, hitam, tidak mudah rontok
2)        Muka                :  tidak ada oedema, simetris, tidak ada cloasma gravidarum
3)        Mata                :  simetris kanan-kiri, tidak ada oedem pada kelompok mata, Konjungtiva merah muda, Sklera tidak ikterik, penglihatan baik
4)        Hidung             :  bentuk simetris, bersih , tidak ada sekret
5)        Mulut               : tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gigi tidak berlubang, bersih
6)        Telinga            :  bentuk simetris, tidak ada serumen, bersih, berfungsi baik
7)        Leher               :  tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
8)        Dada               : bentuk simetris, putting susu menonjol, colostrum sudah ada, keadaan mammae bersih
9)        Pinggang         :  tidak ada nyeri ketuk , posisi tulang belakang hiperlordosis
10)    Abdomen
a)        Bekas luka operasi           :   Tidak ada.
b)        Pembesaran perut             :   Sesuai dengan usia kehamilan, konsistensi lunak , tidak ada pembesaran liver , tidak ada benjolan , kontraksi (-)
c)        Tinggi fundus uteri   : 30 cm,
TBJ : (30 - 12) x 155 = 2790 gram
d)       Palpasi :
·      Leopold I          TFU 3  jari dibawah PX   
Pada fundus, teraba bagian keras, bulat, tidak melenting (bokong)
·      Leopold II         : Kanan teraba bagian janin yang  keras, panjang, seperti ada tahanan yaitu punggung (puka)
Kiri teraba bagian janin yang kecil- kecil (ekstremitas)
·      Leopold III       : Bagian janin yang teraba bulat,   keras, melenting(kepala)
·      Leopold IV        : Bagian terendah janin sudah masuk  PAP
·      Palpasi kandung kemih : Kandung kemih kosong


11)    Auskultasi
Ø Punctum Maximum :  3 jari di bawah pusat bagian kanan ibu  ( x · )
Ket : x = PM
         · = Pusat
Ø  DJJ :  135 x/menit , Teratur
12)  Ekstremitas Bawah (tungakai)
1) Tidak ada oedema pada kaki
2) Tidak ada kekakuan sendi
3) Tidak ada kemerahan
4) Tidak ada varises
5) Refleks Patela (+)
13) Anogenital
Ø  vulva dan vagina tidak ada luka, parut perineum, condiloma acuminata, condilomata, tidak oedema, pembesaran kelenjar bartholini, rasa nyeri tidak ada.
Ø  Tidak ada pengeluran seperti flour albus, darah maupun air ketuban
Ø  Tidak ada haemoroid pada anus

II.      INTERPRETASI  DATA,  DIAGNOSA, MASALAH  DAN KEBUTUHAN
A.  Diagnosa
Ibu       =  G1PoAo hamil 33  minggu dengan oligohidramnion
Janin    =  Hidup, tunggal, intra uterine, presentasi kepala.
B.     Masalah
Nyeri perut tiap ada pergerakan janin
C.     Kebutuhan
·  Istirahat yang cukup
·  Perbaiki nutrisi dan cairan
·  Pemantauan kesejahteraan janin
·  Hitung pergerakan janin
·  Pemeriksaan USG.   
III.   IDENTIFIKASI DIAGNOSA, DAN MASALAH POTENSIAL
Hipoksia Janin

IV.   IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA DAN KOLABORASI
A.  Mandiri           : tidak ada
B.  Kolaborasi       : dengan dokter obgyn
C.  Rujukan           : ke tempat yang memilki fasilitas lebih memadai (RS)

V.      RENCANA
a.    Jelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu.
b.    Berikan penkes tentang pola istirahat kepada ibu.
c.    Berikan penkes tentang nutrisi dan cairan kepada ibu.
d.   Melakukan  pemantauan kesejahteraan janin.
e.    Berikan penkes tentang hitung pergerakan janin.
f.     Anjurkan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan USG.   
g.    Beritahukan tanda bahaya akibat oligohidramnion .
h.    Lakukan Kolaborasi dan siapkan rujukan dengan dokter obgyn.
i.      Berikan obat kepada ibu.
j.      Informasikan jadwal kunjungan ulang kepada ibu.
VI.   TINDAKAN
1.    Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa kehamilannya mengalami komplikasi yaitu kadar ketuban di dalam rahim sedikit sehingga Janin dapat diraba dengan mudah karena tidak ada efek pantul(ballotement) sehingga penambahan tinggi fundus uteri berlangsung lambat dan apabila tidak segera di tangani akan mengganggu kesehatan ibu serta janin, adapun penyebab terjadinya oligohidramnion antara lain di karenakan oleh :
·      Fetal : kromosom, congenital, hambatan pertumbuhan janin, kehamilan postterm, premature.
·      Maternal : hidrasi, preeklamsia, diabetes, hipoksia kronis.
2.    Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup ,jangan tidur terlalu larut, jangan bekerja terlalu berat dan capek.
3.    Memberikan penkes nutrisi dan cairan kepada ibu yaitu menyarankan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang secara teratur, dan jangan ada pantrangan saat makan.
4.    Memantau kesejahteraan janin dengan pemeriksaan DJJ. Diketahui DJJ = 135x/ menit dengan bunyi DJJ yang sangat jelas.
5.    Memberitahukan ibu tentang cara menghitung pergerakan janin setiap harinya.
6.    Menyarankan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan USG ulang.
7.    Memberitahukan tanda bahaya akibat oligohidramnion pada janin yaitu:
·      Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut Karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
·      Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi kering.
8.    Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dan menyiapkan rujukan.
9.    Memberikan obat 1 lembar tablet Fe diminum 1x1 pada malam hari dengan air putih atau air jeruk, 1 lembar kalk diminum 1x1 pada pagi hari dengan air putih.
10.     Menyarankan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu sekali atau jika ada indikasi.
VII.   EVALUASI
a.       Ibu mengerti dengan penjelasan yang sudah di jelaskan oleh bidan.
b.      Ibu mau mengikuti saran dari bidan.
c.       Ibu mau makan makanan yang bergizi dan seimbang.
d.      Janin dalam keadaan baik.
e.       Ibu akan melakukan pemeriksaan USG.
f.       Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya pada ibu hamil dengan oligohidramnion.
g.      Ibu mau minum obat dari bidan.
h.      Dilakukan kolaborasi dengan dr. obgyn.
i.        Ibu dan keluarga sudah mengetahui bahwa ibu akan di rujuk, dan sudah mempersiapkan rujukan.
j.        Ibu akan datang 2 minggu kemudian untuk memeriksakan kehamilannya atau jika ada indikasi.






BAB IV
PENUTUP


4.1. Kesimpulan
Air Ketuban merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat, bagian dalam selaput berhubungan dengan cairan yang merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ektoderm. ( Sarwono, 2009)
Air ketuban memiliki beberapa peranan yang penting diantaranya melindungi bayi dari trauma, terjepitnya tali pusat, menjaga kestabilan suhu dalam rahim, melindungi dari infeksi, membuat bayi bisa bergerak sehingga otot-ototnya berkembang dengan baik serta membantu perkembangan saluran cerna dan paru janin.
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban sangat sedikit yakni berkurang dari normal yaitu kurang dari 500cc.
Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterus tampak kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen, ibu merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan janin. Sering berakhir dengan partus prematurus bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama dan biasanya, sewaktu his akan sedikit sekali, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 ml pada trimester ke-3 kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu, jumlah tersebut mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan sekitar 800ml pada usia cukup bulan. Pengukuran volume cairan amnion dilakukan dengan ultrasonografi dan ini merupakan komponen standar pada pemeriksaan ultrasonografi lengkap.
Pada kasus ini Ny. A mengalami komplikasi dalam kehamilannya yaitu jumlah cairan ketubannya < 500 cc, ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan janin dan DJJ terdengar lebih jelas. Maka dapat diagnose ibu  G1P0A0 hamil 33minggu dengan oligohidramnion,
4.2. Saran
a. Bagi Mahasiswa
1.    Diharapkan setiap mahasiswa dapat mengerti dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion
2.    Diharapkan setiap mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala oligogohidramnion
3.     Diharapkan setiap mahasiswa dapat menentukan diagnose dari kehamilan dengan oligohidramnion


b. Bagi Tenaga Kesehatan
1.    Diharapkan setiap Nakes dapat melakukan penatalaksanaan segera pada bumil dengan oligohidramnion
2.    Diharapkan setiap Nakes dapat memberikan asuhan kebidanan pada bumil dengan oligohidramnion secara komprehensif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar