BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini
berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin et al, 2002).
Asuhan selama periode nifas sangat diperlukan
karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkannya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, yang mana 50% kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Di samping itu, masa tersebut juga merupakan masa kritis dari
kehidupan bayi, karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah
persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir (Winkjosastro et al, 2002).
Cakupan
Pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan Adalah Cakupan Pelayanan kepada Ibu nifas
pada 6 jam sampai dengan 42 hari Paska Persalinan. Sesuai Standar paling
Sedikit 4x dengan distribusi waktu 6-8 jam setelah
persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, 6 minggu
setelah persalinan.
Dari
hasil penelitian yang dilakukan Ahmad Dani dkk (2006) di PuskesmasTanjung Pinang
didapatkan hasil bahwa bidan dengan lama kerja > 20 tahunmempunyai kinerja
yang lebih baik yaitu sebesar 33,3% dibandingkan dengan bidan dengan lama kerja
< 20 tahun yaitu sebesar 8,3%. Sedangkan untuk tingkat pendidikan dari hasil
penelitian didapatkan kinerja bidan dengan Pendidikan D-I lebih baik yaitu
28,67% dibandingkan dengan bidan dengan pendidikan D-III yang hanya sebesar
9,52 %, pendidikan informal dan home care turut mempengaruhi.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui
kinerja bidan dalam penerapan standar pelayanan kebidanan pada ibu nifas di
ruang nifas.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui program dan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas
2.
Untuk mengetahui perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi selama nifas
3. Untuk mengetahui perawatan- perawatan pada
masa nifas
4. Untuk mengetahui tugas- tugas bidan di ruang
Nifas
5. Untuk mengetahui cara mendeteksi secara dini
komplikasi pada masa nifas dan penanganannya.
1.3. Manfaat
1. Mengetahui program dan kebijakan teknis dalam
asuhan masa nifas
2.
Mengetahui perubahan- perubahan
fisiologis yang terjadi selama nifas
3.
Mengetahui perawatan- perawatan pada
masa nifas
4.
Mengetahui tugas- tugas bidan di ruang
Nifas
5.
Mengetahui cara mendeteksi secara dini
komplikasi pada masa nifas dan penanganannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Program Dan
Kebijakan Teknis Dalam Asuhan Masa Nifas
Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali
kunjungan, hal ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan
untuk mencegah mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Kunjungan pertama, dilakukan pada 6-8 jam setelah
persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, dan merujuk bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling kepada
ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri. Pemberian ASI awal, membantu melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir, juga menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia (Winkjosastro et al, 2002).
Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah
persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi
uterus berjalan normal, yaitu uterus berkontraksi dan fundus di bawah
umbilikus. Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau perdarahan
abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah
persalinan, yang mana kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua.
Setelah kunjungan ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6 minggu setelah
persalinan yang merupakan kujungan terakhir selama masa nifas, yang mana
kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
yang ia atau bayi alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan
KB secara dini (Saifuddin et al, 2002).
2.2 Perubahan-
Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Selama Nifas
Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping
involusi ini, terjadi juga perubahan penting lain, seperti timbulnya laktasi
yang dipengaruhi oleh Lactogenic Hormone dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mamma (Saifuddin et al, 2002).
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi
pusat; segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari
di bawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang
kurang lebih 15 cm, lebar kurang lebih 12 cm dan tebal kurang lebih 10 cm.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada
bekas implantasi plasenta lebih tipis daripada bagian lain. Pada hari ke-5
postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas simfisis atau setengah
simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas
simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri, setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan
diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta
yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu
telah mencapai 2,4 mm (Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gram. Satu
minggu postpartum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram, 2 minggu
postpartum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat uterus
menjadi 40 sampai 60 gram(berat uterus normal kurang lebih 30 gram). Otot-otot
uterus berkontraksi segera postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan (Saifuddin, et al, 2002).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah
segera postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak. Segera
setelah janin dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam
kavum uteri. Setelah dua jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1
minggu, hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri (Saifuddin, et al,
2002 & Mochtar, 1998).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
terjadi degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari, permukaan
endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami
degenerasi. Sebagian besar endometrium terlepas. Regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis, yang memakan waktu 2 sampai 3 minggu.
Jaringan-jaringan di tempat implantasi plasenta mengalami
proses yang sama, ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan
berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian, tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta (Winkjosastro, 2002).
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor
yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan
penunjang alat genitalia menjadi agak kendor. Luka-luka jalan lahir, seperti
bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks bila tidak
seberapa luas akan mudah sembuh, kecuali bila terdapat infeksi (Winkjosastro et
al, 2002).
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan
pada kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi.
Perubahan yang terdapat pada kedua mamae antara lain:
1. Proliferasi
jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak,
2. Pada duktus
laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan, cairan
tersebut berwarna kuning (kolostrum),
3. Hipervaskularisasi
terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma. Pembuluh-pembuluh
vena berdilatasi dan tampak dengan jelas,
4. Setelah partus,
pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang.
Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic
hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah
dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar
berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar
susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi
air susu baru berlangsung betul pada hari ke-2 sampai ke-3 postpartum
(rachimhadhi et al, 2002).
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20
Celcius. Sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali
normal. Bila suhu badan lebih dari 38,00 Celcius, mungkin ada
infeksi. Nadi umumnya berkisar antara 60-80 denyutan permenit. Segera setelah
partus dapat terjadi bradikardia. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih
labil dibandingkan dengan suhu badan (Winkjosastro et al, 2002).
Pada sistem pernapasan, fungsi pernapasan kembali pada
rentang normal dalam jam pertama pascapartum. Napas Pendek, cepat, atau perubahan
lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi abnormal (Varney, 2003).
Lokhea adalah sekret yang keluar dari kavum uteri dan
vagina pada masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lokhea rubra atau kruenta,
terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium. Pada hari ke-3
sampai ke-7 keluar cairan berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Pada
hari ke-7 sampai ke-14 cairan yang keluar berwarna kuning, cairan ini tidak
berdarah lagi, setelah 2 minggu, lokhea hanya merupakan cairan putih yang
disebut dengan lokhea alba (Mochtar, 1998).
2.3 Perawatan -perawatan pada masa
nifas
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan.
Karenanya, ia harus cukup dalam pemenuhan istirahatnya. Dari hal tersebut ibu
harus dianjurkan untuk tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian
boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri, untuk mencegah adanya thrombosis.
Pada hari ke-2 barulah ibu diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari
ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang (Winkjosastro et al, 2002 &
Mochtar, 1998).
Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup
kalori, mengandung cukup protein, cairan, serta banyak sayur-sayuran dan
buah-buahan (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan
sendiri. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra
tertekan oleh kepala janin, sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kemih
penuh dan wanita tersebut tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan
kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi (Winkjosastro
et al, 2002).
Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari
postpartum. Bila ada obstipasi hingga skibala tertimbun di rectum, dapat
dilakukan klisma atau diberikan laksans per oral atau per rectal. Namun
dengan diadakannya mobilisasi secara dini, tidak jarang retensio urin et alvi
dapat diatasi. Di sini dapat ditekankan bahwa wanita baru bersalin
memerlukan istirahat dalam jam-jam pertama postpartum, akan tetapi jika
persalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka wanita yang baru bersalin itu
bukan seorang penderita dan hendaknya jangan dirawat seperti seorang penderita.
(Winkjosastro et al, 2002).
Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after
paints atau mules, dapat diberi analgetik atau sedatif supaya ia dapat
beristirahat atau tidur. Delapan jam postpartum wanita tersebut disuruh mencoba
menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi. Kecuali bila ada
kontraindikasi untuk menyusui bayinya, seperti wanita yang menderita tifus
abdominalis, tuberculosis aktif, diabetes mellitus berat, psikosis, putting
susunya tertarik ke dalam dan lain-lain. Bayi dengan labio palato skiziz (sumbing)
tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap. Hendaknya hal ini
diketahui oleh bidan atau dokter yang menolongnya. Minumannya harus diberikan
melalui sonde. Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan dengan alat seperti
ekstraksi vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusu sebelum benar-benar
diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada hari ketiga atau keempat bayi tersebut
baru diperbolehkan untuk menyusu bila tidak ada kontraindikasi. (Winkjosastro
et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Perawatan mamma harus sudah dilakukan sejak kehamilan,
areola mamma dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau
cream , agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah.
Sebelum menyusui mamma harus dibikin lemas dengan melakukan massage secara
menyeluruh. Setelah areola mamma dan putting susu dibersihkan, barulah bayi
disusui (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Bayi yang meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara
mengadakan pembalutan kedua mamma hingga tertekan, dan dapat pula diberikan Bromocryptin
sehingga pengeluaran lactogenic hormone tertekan (Winkjosastro et
al, 2002 & Mochtar, 1998).
Pengunjung atau tamu sehat boleh mengunjungi wanita
postpartum. Hendaknya para pengunjung harus dalam keadaan sehat dan bersih
untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit oleh karena wanita
dalam masa nifas mudah sekali terkena infeksi. Pemakaian gurita yang tepat
masih dibenarkan pada wanita postpartum. Ketika dipulangkan, diberi penjelasan
dan motivasi tentang cara menjaga bayi, memberi susu dan makanan bayi, keluarga
berencana, hidup dan makanan sehat, dan dipesan untuk memeriksakan diri lagi
(Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
2.4. Cara Mendeteksi Secara Dini Komplikasi Pada
Masa Nifas Dan Penanganannya
1.
Perdarahan
Pervaginam
Ø Perdarahan
pada waktu nifas, dapat disebabkan karena :
Adanya
sisa-sisa plasenta yang dapat disebabkan karena perdarahan dari perlukan jalan
lahir yang berdarah kembali karena jahitan yang lepas.
Ø Penanganan
-
Bila pendarahan berasal dari suatu
luka-luka dirawat
-
Bila pendarahan dari rongga rahim
a. Dilakukan
kuretase
b. Pemberian
uteritonika, misalnya methergin
c. Pemberian
antibiotic
2.
Infeksi
Masa Nifas
Sebab
utama dari kenaikan suhu badan aksiler sampai 380 C atau lebih dalam
minggu pertama nifas adalah infeksi dari
alat kelamin yang disebut febris puerpularis, yang disebabkan oleh karena
infeksi dari luka dalam rahim dan atau jalan lahir sampai akibat dari
peristiwa, seperti infeksi pada :
a. Vagina
Luka
pada vagina mengalami infeksi, sehingga membengkak dan bernanah, menimbulkan
rasa sakit dan menyebabkan suhu badan meningkat
Ø Penanganan
Untuk mengeluarkan
nanah, jahitan luka harus dibuka, kemudian luka dikompres dengan larutan antiseptic
seperti revanol.
b. Infeksi
dari alat kelamin dalam jaringan sekitar yang meliputi :
1. Endometritis,
tanda dan gejalanya :
a. Timbul
pada hari ke 3-6 post partum
b. Lochea
berbau
c. Tidak
terasa nyeri / nyeri tidak seberapa
2. Parametritis,
tanda dan gejalanya :
a. Mulai
timbul sesudah minggu pertama kelahiran.
b. Panas
tinggi dan menggigil
3. Salpingitis,
tanda dan gejalanya :
a. Mulai
timbul dalam minggu kedua
b. Panas
tinggi dengan menggigil
c. Terjadi
subinvolusi
d. Tanda-tanda
perut akut, nyeri spontan dan nyeri tekan pada perut bagian bawah kiri dan
kanan.
e. Dingding
perut tegang : “Defence Musculer”
4. Peritonitis,
tanda dan gejalanya :
a. Timbul
setelah minggu pertama kelahiran
b. Panas
tinggi dengan menggigil
c. Tanda-tanda
perut akut, nyeri perut dengan ‘’ defence musculair”
d. Pasien
kelihatan telah / capai
e. Nadi
cepat
f. Sesak
nafas
g. Nafsu
makan kurang
h. Muntah-muntah
Ø Pengobatan
dan perawatan febris puerpularis :
a. Bedrest
b. Diberi
antibiotic, seperti :
· Ampisilin
0,5 gr setiap 4 jam
· Streptomisin
0.5 gr setiap 8 jam
· Penisilin
1 juta unit setiap 6 jam
5. Tromboplebitis,
infeksi pada thrombosis dengan radang dari pembuluh darah dan dapat menimbulkan
emboli paru-paru, sehingga dapat mengakibatkan kematian ibu.
Ø Perawatan
:
a. Harus
dirumah sakit, dengan meningkatkan tungkai yang sakit
b. Dijaga
jangan sampai terjadi dikubitus, karena harus berbaring lama kurang lebih 3
minggu sampai suhu badan kembali normal
c. Diberikan
antibiotic
· Mastitis,
terjadi pembengkakan pada tubuh dada dalam minggu ke 2 post partum
Ø Gejalanya
:
· Kulit
ditempat yang bengkak tampak kemerah-merahan
· Nyeri
tekan
· Suhu
badan naik
Ø Perawatan
:
· Pemberian
Antibiotik
· Pemberian
Analgetik
· Diberi
sandaran pada buah dada yang sakit
· Bila
terjadi akses, lakukan inisiasi secara “redler drain” kemudian diberi
antibiotic dan analgetik.
3.
Demam
Ø Definisi
Infeksi pada dan melalui traktus genatalia, yang
terjadi setelah persalinan / masa nifas. Ditandai dengan peningkatan suhu >
380 C pada hari ke 2-10 post partum, yang di ukur secara peroral
sedikitnya 4 kali sehari (morbiditas nifas). Tidak di temukan sumber infeksi
lain pada eksta genital.
Ø Faktor
predisposisi :
· Malnutrisi
· Anemia
· Hygine
· Kelelahan
· Proses
persalinan bermasalah, seperti :
v Partus
lama/ macet
v Korioamnionitis
v Persalinan
traumatic
v Kurang
baiknya proses pencegahan infeksi
v Periksa
dalam yang berlebihan
Ø Masalah
pada demam nifas
· Infeksi
nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu paska bersalin.
· Derajat
komplikasi bervariasi sangat tajam, mulai dari mastitis hingga adanya koagulasi
intravaskuler desminata.
Ø Penanganan
Umum
· Antisispasi
setiap faktor kondisi (factor predisposisi)
· Pengobatan
yang rasional dan efektif
· Lanjutkan
pengamatan dan pengobatan masalah/infeksi ulang dikenali pada saat kehamilan
/persalinan
· Jangan
pulangkan penderita apabila masa kritis belum dilampaui
· Beri
catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri dirumah
Ø Pemberian
cairan
· Suhu
basal kebutuhan cairan 2000 ml/ 24 jam
· Tambahan
500 ml untuk setiap peningkatan suhu 10C
4.
Sakit
Waktu BAK
Potensial
terjadi konstipasi yang berhubungan dengan penurunan tonus otot intestinal,
perubahan diet serat aktifitas normal dan terasa sakit pada perineum.
Ø Tujuan
:
Pemulihan kerja usus
yang normal dan tidak mengganggu.
Ø Tindakan
perawatan
Dorongan dan bantuan
untuk memicu ambulasi serta aktifitas, nasehat mengenai makanan yang sesuai,
cairan dan serat makanan, jika diperlukan obat pencahar ringan.
5.
Mastitis
Mastitis adalah
peradangan pada payudara.
Ø Penyebabnya
:
· Payudara
bengkak yang tidak di susukan dengan adekuat
· Putting
lecet sehingga masuk kuman
· BH
yang terlalu kuat
· Nutrisi
ibu jelek(anemia, kurang istirahat)
Ø Manajemen
:
· Menyusui
diteruskan, ubah posisi menyusui
· Kompres
hangat sebelum dan kompres dingin sesudah di susukan
· Payudara
yang terkena disusukan terlebih dahulu = payudara kosong
· Massase
dan peras setelah menyusui
· Pakai
baju atau BH longgar
· Istirahat, dan cairan analgetik
Ø Diberi
antibiotic dengan pertimbangan :
· Mastitis
yang berat
· Thrush
atau candida albikan
· Abses
payudara
6.
Rasa
Sakit Atau Ada Pembengkakkan Pada Kaki
Kaum
wanita mengalami peningkatan gangguan trombolitik pada masa sirkulasi dan akibat peningkatan
perubahan pembekuan darah. Factor resiko khusus menimbulkan komplikasi ini
adalah usia maternal yang lanjut, obesitas kelahiran dengan pembedahan,
mobilisasi dengan memiliki riwayat tromboemobilisme. Semua wanita harus dikaji
jika mereka mengalami pembengkakan atau nyeri pada kaki atau melaporkan adanya
perubahan warna dan temperatur dikaki yang memiliki resiko spesifik terkena
tromboembolisme harus selalu diperiksa.
v Tromosis
dan embolisme :
Trombolisme ini
yang dapat terjadi pada kehamilan tetapi sering ditemukan pada masa nifas. Hal
ini disebabkan oleh 3 hal :
1. Perubahan
susunan darah
2. Perubahan
laju peredaran darah
3. Diperlukan
lapisan intima pembuluh darah
Pembengkakan
pada ekstremitras bersifat non piting dan tidak membaik dengan istirahat dan
menyebabkan rasa tidak nyaman (kadang nyeri) serta gangguan nyeri ekstremitas.
v Nyeri
pada kaki
Pertambahan
berat badan, penambahan metabolisme dan efek hormonal pada suplai darah vena
merupakan factor yang sangat terkait dengan timbulnya nyeri pada kaki selama
kehamilan. Varises vena yang dapat menyakitkan sering tampak atau bahkan
membentuk selama kehamilan dan dapat menjadi permanen. Selain masalah ini,
nyeri pada kaki sebagai gejala pasca partum jarang diperiksa. Meninjau kembali
terjadinya tromboembolisme selama dan setelah kelahiran, dan menunjukan bahwa
28% dari 210 wanita yang mengalami
thrombosis vena dan di diagnosa pada masa pasca partum.
7.
Gangguan
Adaptasi Psikologis Masa Nifas
1. Post
Partum Bluse
Bentuk
teringan dari distress post partum (sindrom / ganguan mental ringan). Timbul
antara 2 hari – 2 minggu postpartum. Diperkirakan 80% mengalaminya.
Penyebabnya
belum diketahui, beberapa ahli
mengatakan karena perubahan hormonal, banyak penyesuaian peran, riwayat
keluarga, kurang dukungan suami, & keletihan kronis.
Ø Gejala
:
· Reaksi
sedih / murung
· Labilitas
perasaan
· Mudah
menangis
· Mudah
cemas
2. Deprsesi
Post Partum
Pengertian : keadaan
emosi yang di tandai oleh episode
menangis ringan sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah
melahirkan.
3. Post
Partum Sikosa
Pengertian
: gangguan kepribadian berat yang mengurangi kemampuan fungsi tanggung jawab
pasien setelah melahirkan.
Persiapan pasien pulang
dini
Ø Mengajari
ibu tanda-tanda bahaya
Ajarkan ibu jika
melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada sesuatu yang tidak
beres atau melihat hal-hal dibawah ini :
a. Perdarahan
hebat atau peningkatan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika
perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam)
b. Pengeluaran
cairan vagina dengan bau busuk.
c. Rasa
nyeri di perut bagian bawah atau punggung
d. Sakit
kepala yang terus menerus, nyeri epigastric atau masalah penglihatan
e. Pembengkakan
pada wajah dan tangan
f. Demam,
muntah, rasa sakit sewaktu BAK, atau merasa tidak enak badan
g. Payudara
yang merah, panas dan atau sakit
h. Kehilangan
selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
i. Rasa
sakit, warna merah, pembengkakan pada kaki
j. Merasa
sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya
k. Merasa
sangat letih atau nafas terengah-engah.
2.5. Rumah Sakit
2.5.1. Pengertian Rumah sakit
Rumah
sakit adalah tempat dimana orang mencari dan menerima pelayanan kedokteran
serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat,bidan
dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah sakit
mengalami berbagai perkembangan, perkembangan dimaksud yaitu : Perkembangan
pada fungsi dimana dahulu fungsi rumah sakit hanya untuk menyembuhkan orang sakit, maka pada masa kini
telah berkembang menjadi suatu pusat kesehatan (health center) maka fungsi
rumah sakit pada saat ini mencakup pula pendidikan dan penelitian. Semua Rumah
Sakit dapat melayani pelayanan kesehatan maternal.
Organisasi
Rumah Sakit adalah padat tenaga kerja dengan variasi status dan keahlian yang
sangat luas. Salah satu karakteristik yang membuat rumah sakit sangat berbeda
dengan organisasi lain yang juga padat karya adalah proporsi professional SDM
rumah sakit relatif tinggi sehingga membutuhkan keahlian tersendiri dalam
mengelolanya. Dengan padatnya tenaga kerja dan variasi fungsi dan tugas yang
sangat luas membawa konsekuensi kompleksnya masalah SDM rumah sakit. Dengan demikian
kualitas dan kuantitas SDM rumah sakit perlu diseleksi dengan sebaik-baiknya
untuk dapat meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu
kepada konsumen anda.
2.5.2. Bidan Rumah Sakit
Ø
TUGAS
BIDAN DI RUANG NIFAS
1) Membaca
laporan
2) Orientasi
sarana,fasilitas,dan peralatan,standar dan prosedur,obat – obatan,SDM dan
dokumentasi pelayanan kebidanan
3) Ceking
blanko / format dan obat – obatan emergensi
4) Menerima
dan mengorientasikan pasien sesuai prosedur
5) Pengkajian
pasien baru
6) Monitoring
vital sign,kontraksi uterus,perdarahan pada pasien post partum
7) Melakukan
pencatatan dan pendokumentasian asuhan kebidanan
8) Persiapan
visite dokter
9) Persiapan
pasien operasi ( Pemasangan IVFD,dower kateter,skeren bagian mons
veneris,pemakaian baju operasi,informed consent,mengisi ceklist operasi dan
dokumentasi
10) Melakukan
medikasi
11)
Menerima pasien dari kamar operasi,setelah
sampai di ruangan pasien di monitor tanda – tanda vital,pemberian
therapi,balance cairan)
12) Memberikan
therapi sesuai instruksi dokter
13) Memberi
bimbingan menyusui dan melaksanakan perawatan payudara
14) Mempersiapkan
alat dan obat untuk tindakan kuretase dan tindakan kebidanan lainnya
15) Memberikan
penyuluhan kesehatan
16) Mengecek
obat dan memberikan obat kepada pasien
17) Memandikan
pasien post operasi dan melatih ibu dalam hal rawat gabung
18) Merapikan alat dan tempat tidur
19) Membuat laporan harian
20) Melakukan timbang terima jaga dengan petugas
berikutnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.
KEGIATAN BIDAN DI RUANG NIFAS
KEGIATAN
|
KENYATAAN
|
HARAPAN
|
SARAN
|
1.
Melakukan pencatatan dan pendokumentasian asuhan
kebidanan
2.
Melakukan medikasi
3.
Menerima pasien dari kamar operasi,setelah
sampai di ruangan pasien di monitor tanda – tanda vital,pemberian
therapi,balance cairan)
4. Monitoring tanda-tanda vital,kontraksi
uterus,perdarahan pada pasien post partum
5.
Memberikan therapi sesuai instruksi dokter
6.
Melakukan
vulva hygiene
7.
Memberi bimbingan menyusui dan melaksanakan
perawatan payudara
8.
Memberikan penyuluhan
kesehatan
9.
Memandikan pasien post operasi dan melatih
ibu dalam hal rawat gabung
10. Membuat laporan harian
11. Melakukan operan dengan petugas berikutnya.
|
1.
Dilakukan
tetapi tidak sesuai dengan teori
2.
Dilakukan
sesuai instuksi dokter
3.
Pasien
diterima sesuai prosedur dan langsung ditempatkan dalam ruang perawatan.
4.
Dilakukan
sesuai ASKEB pada ibu post partum
5.
Telah dilakukan
sesuai instruksi dokter
6.
Dilakukan
Vulva Hygien
7.
Dilakukan
bimbingan pemberian ASI dan perawatan payudara
8.
Dilakukan
penyuluhan Kesehatan
9.
Memandikan pasien post operasi dan melatih
ibu dalam hal rawat gabung
10.
Melakukan
pendokumentasian
11.
Melakukan
operan kerja dengan petugas berikutnya.
|
1. Melakukan pencatatan dan pendokumentasian asuhan kebidanan sesuai
dengan teori
2. Selalu mengikuti instruksi dokter, tidak
melakukan tindakan yang bukan wewenangnya.
3. Tingkatkan kinerja bidan
4. Melakukan
asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan\
5. Tidak memberikan therapy sembarangan / tanpa
instruksi dokter
6. Melakukan
vulva hygien dengan benar (tidak asal-asalan)
7. Melakukan bimbingan dan asuhan perawatan
payudara secara benar
8. Memberikan penyuluhan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan ibu
9. Memandikan ibu dengan bersih
10. Membuat laporan yang lengkap sesuai dengan
tindakan yang telah dilakukan
11. Melakukan operan sesuai jadwal.
|
1. Pendokumentasian harus lengkap
2. Berikan medikasi sesuai dengan instruksi
dokter
3. Tempatkan pasien sesuai dengan diagnose
4. Lakukan pemeriksaan sesuai jadwal
5. Berikan therapy sesuai dengan takaran/ dosis
6.
Lakukan
vulva hygiene yang bersih sehingga ibu terasa nyaman
7.
Membimbing
ibu secara sabar dan mengajarkan ibu cara merawat payudaranya
8.
Berikan
penkes tentang kesehatan yang lengkap dan tanda bahaya post partum
9.
Menganjurkan
keluarga membantu ibu untuk mandi
10.
Buat
laporan harian sesuai tindakan yang dilakukan
11.
Tidak
melakukan operan seenaknya (tidak sesuai jadwal).
|
BREAST CARE
|
VULVA HYGIENE
|
PERAWATAN LUKA POST SC
|
1.Input :
Bidan, Alat :
2 Backom Untuk Air Hangat Dan Air DTT, 2 Waslap, Baby Oil, Kapas,Bengkok Dan
Troli.
2.Proses :
Memberikan
Asuhan Brast Care Pada Ibu Post Partum
3.Out Put :
Cakupan Asuhan Breast Care Pada Ibu Post Partum Di
Ruang Nifas Meningkat
4.Out Come :
Meningkatnya
Angka Pemberian ASI Ekslusif Dan Mencegah Adanya Bendungan Asi Pada Ibu Post
Partum dan post Sc Di Ruang Nifas
|
1.Input :
Bidan, Alat :
Kapas DTT Dalam Kom , Bengkok, Handscoon,Dan Tempat Sampah.
2.Proses :
Memberikan
Asuhan Vulva Hygien Pada Ibu Post Partum Maupun Post Sc
3.Out Put :
Cakupan Asuhan
Personal Hygien Pada Ibu Post Partum Dan Post Sc di Ruang Nifas Meningkat
4.Out Come :
Menurunkan
Angka Kejadian Infeksi Dan Membantu
Memelihara Kebersihan Alat Genetalia Ibu Post Partum Dan Post Sc
|
1.Input :
Bidan, Alat
: Larutan Nacl/RL/ Aquabidest,
Betadin, Nebacetin, Cuticell, Kasa Steril, Plaster, Dan Plastik Penutup Luka
Untuk Mencegah Luka Terkena Air.
2.Proses :
Memberikan
Asuhan Perawatan Luka Post Sc Secara Steril
3.Out Put :
Cakupan Asuhan
Perawatan Luka Post Sc Di Ruang Nifas Meningkat
4.Out Come :
Menurunkan
Angka Kejadian Infeksi Pada Luka Post Sc Dan Mempercepat Penyembuhan Luka
Post Sc Pada Ibu
|
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita
hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat
genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan
masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan
jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka
dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada
sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya perdarahan post partum.
Dalam
pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas di ruang nifas masih ditemukan banyak
hal yang tidak atau kurang sesuai dengan standar kegiatan bidan di ruang nifas.
4.2.
Saran
§ Bidan di ruang nifas bisa lebih meningkatkan
kinerjanya.
§ Bidan di ruang nifas melakukan segala tindakan
sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
§ Bidan di ruang nifas mengetahui aturan- aturan
apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hand out Nifas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar