Senin, 12 Maret 2012

MAKALAH MENINGKATKAN KINERJA BIDAN DI RUANG NIFAS

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin et al, 2002).
 Asuhan selama periode nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Di samping itu, masa tersebut juga merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Winkjosastro et al, 2002).
Cakupan Pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan Adalah Cakupan Pelayanan kepada Ibu nifas pada 6 jam sampai dengan 42 hari Paska Persalinan. Sesuai Standar paling Sedikit 4x dengan distribusi waktu 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, 6 minggu setelah persalinan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Ahmad Dani dkk (2006) di PuskesmasTanjung Pinang didapatkan hasil bahwa bidan dengan lama kerja > 20 tahunmempunyai kinerja yang lebih baik yaitu sebesar 33,3% dibandingkan dengan bidan dengan lama kerja < 20 tahun yaitu sebesar 8,3%. Sedangkan untuk tingkat pendidikan dari hasil penelitian didapatkan kinerja bidan dengan Pendidikan D-I lebih baik yaitu 28,67% dibandingkan dengan bidan dengan pendidikan D-III yang hanya sebesar 9,52 %, pendidikan informal dan home care turut mempengaruhi.
1.2.       Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kinerja bidan dalam penerapan standar pelayanan kebidanan pada ibu nifas di ruang nifas.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui program dan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas
2. Untuk mengetahui perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi selama nifas
3.  Untuk mengetahui perawatan- perawatan pada masa nifas
4.  Untuk mengetahui tugas- tugas bidan di ruang Nifas
5.  Untuk mengetahui cara mendeteksi secara dini komplikasi pada masa nifas dan penanganannya.


1.3.       Manfaat
1.  Mengetahui program dan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas
2.    Mengetahui perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi selama nifas
3.    Mengetahui perawatan- perawatan pada masa nifas
4.    Mengetahui tugas- tugas bidan di ruang Nifas
5.    Mengetahui cara mendeteksi secara dini komplikasi pada masa nifas dan penanganannya.















BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1.    Program Dan Kebijakan Teknis Dalam Asuhan Masa Nifas
Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, hal ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Kunjungan pertama, dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan merujuk bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI awal, membantu melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, juga menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia (Winkjosastro et al, 2002).
Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, yaitu uterus berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus. Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, yang mana kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua. Setelah kunjungan ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6 minggu setelah persalinan yang merupakan kujungan terakhir selama masa nifas, yang mana kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini (Saifuddin et al, 2002).
2.2    Perubahan- Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Selama Nifas
Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan penting lain, seperti timbulnya laktasi yang dipengaruhi oleh Lactogenic Hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma (Saifuddin et al, 2002).
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat; segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang kurang lebih 15 cm, lebar kurang lebih 12 cm dan tebal kurang lebih 10 cm.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis daripada bagian lain. Pada hari ke-5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm (Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggu postpartum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram, 2 minggu postpartum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat uterus menjadi 40 sampai 60 gram(berat uterus normal kurang lebih 30 gram). Otot-otot uterus berkontraksi segera postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan (Saifuddin, et al, 2002).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Setelah dua jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1 minggu, hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri (Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah terjadi degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari, permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian besar endometrium terlepas. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis, yang memakan waktu 2 sampai 3 minggu.
Jaringan-jaringan di tempat implantasi plasenta mengalami proses yang sama, ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian, tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta (Winkjosastro, 2002).
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi agak kendor. Luka-luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks bila tidak seberapa luas akan mudah sembuh, kecuali bila terdapat infeksi (Winkjosastro et al, 2002).
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi.
Perubahan yang terdapat pada kedua mamae antara lain:
1.    Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak,
2.    Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan, cairan tersebut berwarna kuning (kolostrum),
3.    Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas,
4.    Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari ke-2 sampai ke-3 postpartum (rachimhadhi et al, 2002).
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20 Celcius. Sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan lebih dari 38,00 Celcius, mungkin ada infeksi. Nadi umumnya berkisar antara 60-80 denyutan permenit. Segera setelah partus dapat terjadi bradikardia. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan (Winkjosastro et al, 2002).
Pada sistem pernapasan, fungsi pernapasan kembali pada rentang normal dalam jam pertama pascapartum. Napas Pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi abnormal (Varney, 2003).
Lokhea adalah sekret yang keluar dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lokhea rubra atau kruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium. Pada hari ke-3 sampai ke-7 keluar cairan berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Pada hari ke-7 sampai ke-14 cairan yang keluar berwarna kuning, cairan ini tidak berdarah lagi, setelah 2 minggu, lokhea hanya merupakan cairan putih yang disebut dengan lokhea alba (Mochtar, 1998).
2.3    Perawatan -perawatan pada masa nifas
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Karenanya, ia harus cukup dalam pemenuhan istirahatnya. Dari hal tersebut ibu harus dianjurkan untuk tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri, untuk mencegah adanya thrombosis. Pada hari ke-2 barulah ibu diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung cukup protein, cairan, serta banyak sayur-sayuran dan buah-buahan (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin, sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kemih penuh dan wanita tersebut tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi (Winkjosastro et al, 2002).
Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi hingga skibala tertimbun di rectum, dapat dilakukan klisma atau diberikan laksans per oral atau per rectal. Namun dengan diadakannya mobilisasi secara dini, tidak jarang retensio urin et alvi dapat diatasi. Di sini dapat ditekankan bahwa wanita baru bersalin memerlukan istirahat dalam jam-jam pertama postpartum, akan tetapi jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan hendaknya jangan dirawat seperti seorang penderita. (Winkjosastro et al, 2002).
Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after paints atau mules, dapat diberi analgetik atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan jam postpartum wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, seperti wanita yang menderita tifus abdominalis, tuberculosis aktif, diabetes mellitus berat, psikosis, putting susunya tertarik ke dalam dan lain-lain. Bayi dengan labio palato skiziz (sumbing) tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap. Hendaknya hal ini diketahui oleh bidan atau dokter yang menolongnya. Minumannya harus diberikan melalui sonde. Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan dengan alat seperti ekstraksi vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusu sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada hari ketiga atau keempat bayi tersebut baru diperbolehkan untuk menyusu bila tidak ada kontraindikasi. (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Perawatan mamma harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola mamma dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream , agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah. Sebelum menyusui mamma harus dibikin lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola mamma dan putting susu dibersihkan, barulah bayi disusui (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Bayi yang meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara mengadakan pembalutan kedua mamma hingga tertekan, dan dapat pula diberikan Bromocryptin sehingga pengeluaran lactogenic hormone tertekan (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Pengunjung atau tamu sehat boleh mengunjungi wanita postpartum. Hendaknya para pengunjung harus dalam keadaan sehat dan bersih untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit oleh karena wanita dalam masa nifas mudah sekali terkena infeksi. Pemakaian gurita yang tepat masih dibenarkan pada wanita postpartum. Ketika dipulangkan, diberi penjelasan dan motivasi tentang cara menjaga bayi, memberi susu dan makanan bayi, keluarga berencana, hidup dan makanan sehat, dan dipesan untuk memeriksakan diri lagi (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
2.4.    Cara Mendeteksi Secara Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
1.    Perdarahan Pervaginam
Ø Perdarahan pada waktu nifas, dapat disebabkan karena :
Adanya sisa-sisa plasenta yang dapat disebabkan karena perdarahan dari perlukan jalan lahir yang berdarah kembali karena jahitan yang lepas.
Ø Penanganan
-       Bila pendarahan berasal dari suatu luka-luka dirawat
-       Bila pendarahan dari rongga rahim
a.    Dilakukan kuretase
b.    Pemberian uteritonika, misalnya  methergin
c.    Pemberian antibiotic
2.    Infeksi Masa Nifas
Sebab utama dari kenaikan suhu badan aksiler sampai 380 C atau lebih dalam minggu pertama nifas adalah infeksi  dari alat kelamin yang disebut febris puerpularis, yang disebabkan oleh karena infeksi dari luka dalam rahim dan atau jalan lahir sampai akibat dari peristiwa, seperti infeksi pada :
a.    Vagina
Luka pada vagina mengalami infeksi, sehingga membengkak dan bernanah, menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan suhu badan meningkat
Ø Penanganan
Untuk mengeluarkan nanah, jahitan luka harus dibuka, kemudian luka dikompres dengan larutan antiseptic seperti revanol.
b.    Infeksi dari alat kelamin dalam jaringan sekitar yang meliputi :
1.    Endometritis, tanda dan gejalanya :
a.    Timbul pada hari ke 3-6 post partum
b.    Lochea berbau
c.    Tidak terasa nyeri / nyeri tidak seberapa
2.    Parametritis, tanda dan gejalanya :
a.    Mulai timbul sesudah minggu pertama kelahiran.
b.    Panas tinggi dan menggigil
3.    Salpingitis, tanda dan gejalanya :
a.    Mulai timbul dalam minggu kedua
b.    Panas tinggi dengan menggigil
c.    Terjadi subinvolusi
d.   Tanda-tanda perut akut, nyeri spontan dan nyeri tekan pada perut bagian bawah kiri dan kanan.
e.    Dingding perut tegang : “Defence Musculer”
4.    Peritonitis, tanda dan gejalanya :
a.    Timbul setelah minggu pertama kelahiran
b.    Panas tinggi dengan menggigil
c.    Tanda-tanda perut akut, nyeri perut dengan ‘’ defence musculair”
d.   Pasien kelihatan telah / capai
e.    Nadi cepat
f.     Sesak nafas
g.    Nafsu makan kurang
h.    Muntah-muntah
Ø Pengobatan dan perawatan febris puerpularis :
a.    Bedrest
b.    Diberi antibiotic, seperti :
·      Ampisilin 0,5 gr setiap 4 jam
·      Streptomisin 0.5 gr setiap 8 jam
·      Penisilin 1 juta unit setiap 6 jam
5.    Tromboplebitis, infeksi pada thrombosis dengan radang dari pembuluh darah dan dapat menimbulkan emboli paru-paru, sehingga dapat mengakibatkan kematian ibu.
Ø Perawatan :
a.    Harus dirumah sakit, dengan meningkatkan tungkai yang sakit
b.    Dijaga jangan sampai terjadi dikubitus, karena harus berbaring lama kurang lebih 3 minggu sampai suhu badan kembali normal
c.    Diberikan antibiotic
·      Mastitis, terjadi pembengkakan pada tubuh dada dalam minggu ke 2 post partum
Ø Gejalanya :
·      Kulit ditempat yang bengkak tampak kemerah-merahan
·      Nyeri tekan
·      Suhu badan naik
Ø Perawatan :
·      Pemberian Antibiotik
·      Pemberian Analgetik
·      Diberi sandaran pada buah dada yang sakit
·      Bila terjadi akses, lakukan inisiasi secara “redler drain” kemudian diberi antibiotic dan analgetik.

3.    Demam
Ø Definisi
Infeksi pada dan melalui traktus genatalia, yang terjadi setelah persalinan / masa nifas. Ditandai dengan peningkatan suhu > 380 C pada hari ke 2-10 post partum, yang di ukur secara peroral sedikitnya 4 kali sehari (morbiditas nifas). Tidak di temukan sumber infeksi lain pada eksta genital.
Ø Faktor predisposisi :
·      Malnutrisi
·      Anemia
·      Hygine
·      Kelelahan
·      Proses persalinan bermasalah, seperti :
v Partus lama/ macet
v Korioamnionitis
v Persalinan traumatic
v Kurang baiknya proses pencegahan infeksi
v Periksa dalam yang berlebihan
Ø Masalah pada demam nifas
·      Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu paska bersalin.
·      Derajat komplikasi bervariasi sangat tajam, mulai dari mastitis hingga adanya koagulasi intravaskuler desminata.
Ø Penanganan Umum
·      Antisispasi setiap faktor kondisi (factor predisposisi)
·      Pengobatan yang rasional dan efektif
·      Lanjutkan pengamatan dan pengobatan masalah/infeksi ulang dikenali pada saat kehamilan /persalinan
·      Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum dilampaui
·      Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri dirumah
Ø Pemberian cairan
·      Suhu basal kebutuhan cairan 2000 ml/ 24 jam
·      Tambahan 500 ml untuk setiap peningkatan suhu 10C
4.    Sakit Waktu BAK
Potensial terjadi konstipasi yang berhubungan dengan penurunan tonus otot intestinal, perubahan diet serat aktifitas normal dan terasa sakit pada perineum.
Ø Tujuan :
Pemulihan kerja usus yang normal dan tidak mengganggu.
Ø Tindakan perawatan
Dorongan dan bantuan untuk memicu ambulasi serta aktifitas, nasehat mengenai makanan yang sesuai, cairan dan serat makanan, jika diperlukan obat pencahar ringan.
5.    Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Ø Penyebabnya :
·      Payudara bengkak yang tidak di susukan dengan adekuat
·      Putting lecet sehingga masuk kuman
·      BH yang terlalu kuat
·      Nutrisi ibu jelek(anemia, kurang istirahat)
Ø Manajemen :
·      Menyusui diteruskan, ubah posisi menyusui
·      Kompres hangat sebelum dan kompres dingin sesudah di susukan
·      Payudara yang terkena disusukan terlebih dahulu = payudara kosong
·      Massase dan peras setelah menyusui
·      Pakai baju atau BH longgar
·       Istirahat, dan cairan analgetik
Ø Diberi antibiotic dengan pertimbangan :
·      Mastitis yang berat
·      Thrush atau candida albikan
·      Abses payudara
6.    Rasa Sakit Atau Ada Pembengkakkan Pada Kaki
Kaum wanita mengalami peningkatan gangguan trombolitik  pada masa sirkulasi dan akibat peningkatan perubahan pembekuan darah. Factor resiko khusus menimbulkan komplikasi ini adalah usia maternal yang lanjut, obesitas kelahiran dengan pembedahan, mobilisasi dengan memiliki riwayat tromboemobilisme. Semua wanita harus dikaji jika mereka mengalami pembengkakan atau nyeri pada kaki atau melaporkan adanya perubahan warna dan temperatur dikaki yang memiliki resiko spesifik terkena tromboembolisme harus selalu diperiksa.
v Tromosis dan embolisme :
Trombolisme ini yang dapat terjadi pada kehamilan tetapi sering ditemukan pada masa nifas. Hal ini disebabkan oleh 3 hal :
1.    Perubahan susunan darah
2.    Perubahan laju peredaran darah
3.    Diperlukan lapisan intima pembuluh darah
Pembengkakan pada ekstremitras bersifat non piting dan tidak membaik dengan istirahat dan menyebabkan rasa tidak nyaman (kadang nyeri) serta gangguan nyeri ekstremitas.
v Nyeri pada kaki
Pertambahan berat badan, penambahan metabolisme dan efek hormonal pada suplai darah vena merupakan factor yang sangat terkait dengan timbulnya nyeri pada kaki selama kehamilan. Varises vena yang dapat menyakitkan sering tampak atau bahkan membentuk selama kehamilan dan dapat menjadi permanen. Selain masalah ini, nyeri pada kaki sebagai gejala pasca partum jarang diperiksa. Meninjau kembali terjadinya tromboembolisme selama dan setelah kelahiran, dan menunjukan bahwa 28%  dari 210 wanita yang mengalami thrombosis vena dan di diagnosa pada masa pasca partum.
7.    Gangguan Adaptasi Psikologis Masa Nifas
1.    Post Partum Bluse
Bentuk teringan dari distress post partum (sindrom / ganguan mental ringan). Timbul antara 2 hari – 2 minggu postpartum. Diperkirakan 80% mengalaminya.
Penyebabnya belum diketahui, beberapa ahli  mengatakan karena perubahan hormonal, banyak penyesuaian peran, riwayat keluarga, kurang dukungan suami, & keletihan kronis.
Ø Gejala :
·      Reaksi sedih / murung
·      Labilitas perasaan
·      Mudah menangis
·      Mudah cemas
2.    Deprsesi Post Partum
Pengertian : keadaan emosi  yang di tandai oleh episode menangis ringan sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah melahirkan.
3.    Post Partum Sikosa
Pengertian : gangguan kepribadian berat yang mengurangi kemampuan fungsi tanggung jawab pasien setelah melahirkan.
Persiapan pasien pulang dini
Ø Mengajari ibu tanda-tanda bahaya
Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada sesuatu yang tidak beres atau melihat hal-hal dibawah ini :
a.    Perdarahan hebat atau peningkatan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam)
b.    Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk.
c.    Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
d.   Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric atau masalah penglihatan
e.    Pembengkakan pada wajah dan tangan
f.     Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK, atau merasa tidak enak badan
g.    Payudara yang merah, panas dan atau sakit
h.    Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
i.      Rasa sakit, warna merah, pembengkakan pada kaki
j.      Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya
k.    Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
2.5.    Rumah Sakit
2.5.1. Pengertian Rumah sakit
Rumah sakit adalah tempat dimana orang mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat,bidan dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah sakit mengalami berbagai perkembangan, perkembangan dimaksud yaitu : Perkembangan pada fungsi dimana dahulu fungsi rumah sakit hanya untuk  menyembuhkan orang sakit, maka pada masa kini telah berkembang menjadi suatu pusat kesehatan (health center) maka fungsi rumah sakit pada saat ini mencakup pula pendidikan dan penelitian. Semua Rumah Sakit dapat melayani pelayanan kesehatan maternal.
Organisasi Rumah Sakit adalah padat tenaga kerja dengan variasi status dan keahlian yang sangat luas. Salah satu karakteristik yang membuat rumah sakit sangat berbeda dengan organisasi lain yang juga padat karya adalah proporsi professional SDM rumah sakit relatif tinggi sehingga membutuhkan keahlian tersendiri dalam mengelolanya. Dengan padatnya tenaga kerja dan variasi fungsi dan tugas yang sangat luas membawa konsekuensi kompleksnya masalah SDM rumah sakit. Dengan demikian kualitas dan kuantitas SDM rumah sakit perlu diseleksi dengan sebaik-baiknya untuk dapat meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu kepada konsumen anda.
2.5.2. Bidan Rumah Sakit
Ø  TUGAS BIDAN DI RUANG NIFAS
1)   Membaca laporan
2)   Orientasi sarana,fasilitas,dan peralatan,standar dan prosedur,obat – obatan,SDM dan dokumentasi  pelayanan kebidanan
3)   Ceking blanko / format dan obat – obatan emergensi
4)   Menerima dan mengorientasikan pasien sesuai prosedur
5)   Pengkajian pasien baru
6)   Monitoring vital sign,kontraksi uterus,perdarahan pada pasien post partum
7)   Melakukan pencatatan dan pendokumentasian asuhan kebidanan
8)   Persiapan visite dokter
9)   Persiapan pasien operasi ( Pemasangan IVFD,dower kateter,skeren bagian mons veneris,pemakaian baju operasi,informed consent,mengisi ceklist operasi dan dokumentasi
10)    Melakukan medikasi
11)    Menerima pasien dari kamar operasi,setelah sampai di ruangan pasien di monitor tanda – tanda vital,pemberian therapi,balance cairan)
12)    Memberikan therapi sesuai instruksi dokter
13)    Memberi bimbingan menyusui dan melaksanakan perawatan payudara
14)    Mempersiapkan alat dan obat untuk tindakan kuretase dan tindakan kebidanan lainnya
15)    Memberikan penyuluhan kesehatan
16)    Mengecek obat dan memberikan obat kepada pasien
17)    Memandikan pasien post operasi dan melatih ibu dalam hal rawat gabung
18)     Merapikan alat dan tempat tidur
19)     Membuat laporan harian
20)     Melakukan timbang terima jaga dengan petugas berikutnya












BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1.       KEGIATAN BIDAN DI RUANG NIFAS
KEGIATAN
KENYATAAN
HARAPAN
SARAN
1.     Melakukan pencatatan dan pendokumentasian asuhan kebidanan
2.     Melakukan medikasi
3.     Menerima pasien dari kamar operasi,setelah sampai di ruangan pasien di monitor tanda – tanda vital,pemberian therapi,balance cairan)
4.     Monitoring tanda-tanda vital,kontraksi uterus,perdarahan pada pasien post partum
5.     Memberikan therapi sesuai instruksi dokter
6.     Melakukan vulva hygiene
7.     Memberi bimbingan menyusui dan melaksanakan perawatan payudara
8.     Memberikan penyuluhan kesehatan
9.     Memandikan pasien post operasi dan melatih ibu dalam  hal rawat gabung
10. Membuat laporan harian
11. Melakukan operan dengan petugas berikutnya.

1.      Dilakukan tetapi tidak sesuai dengan teori
2.      Dilakukan sesuai instuksi dokter
3.      Pasien diterima sesuai prosedur dan langsung ditempatkan dalam ruang perawatan.
4.      Dilakukan sesuai ASKEB pada ibu  post partum
5.      Telah dilakukan sesuai instruksi dokter
6.      Dilakukan Vulva Hygien  
7.      Dilakukan bimbingan pemberian ASI dan perawatan payudara
8.      Dilakukan penyuluhan Kesehatan
9.      Memandikan pasien post operasi dan melatih ibu dalam  hal rawat gabung
10.  Melakukan pendokumentasian
11.  Melakukan operan kerja dengan petugas berikutnya.
1. Melakukan pencatatan dan  pendokumentasian asuhan kebidanan sesuai dengan teori
2. Selalu mengikuti instruksi dokter, tidak melakukan tindakan yang bukan wewenangnya.
3. Tingkatkan kinerja bidan
4.  Melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan\
5. Tidak memberikan therapy sembarangan / tanpa instruksi dokter
6.   Melakukan vulva hygien dengan benar (tidak asal-asalan)
7.  Melakukan bimbingan dan asuhan perawatan payudara secara benar
8.  Memberikan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan ibu
9.  Memandikan ibu dengan bersih
10.  Membuat laporan yang lengkap sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan
11.  Melakukan operan sesuai jadwal.
1.      Pendokumentasian harus lengkap
2.      Berikan medikasi sesuai dengan instruksi dokter
3.      Tempatkan pasien sesuai  dengan diagnose
4.      Lakukan pemeriksaan sesuai jadwal
5.      Berikan therapy sesuai dengan takaran/ dosis
6.   Lakukan vulva hygiene yang bersih sehingga ibu terasa nyaman
7.   Membimbing ibu secara sabar dan mengajarkan ibu cara merawat payudaranya
8.      Berikan penkes tentang kesehatan yang lengkap dan tanda bahaya post partum
9.      Menganjurkan keluarga membantu ibu untuk mandi
10.  Buat laporan harian sesuai tindakan yang dilakukan
11.  Tidak melakukan operan seenaknya (tidak sesuai jadwal).










BREAST CARE
VULVA HYGIENE
PERAWATAN LUKA POST SC
1.Input :
Bidan, Alat : 2 Backom Untuk Air Hangat Dan Air DTT, 2 Waslap, Baby Oil, Kapas,Bengkok Dan Troli.



2.Proses :
Memberikan Asuhan Brast Care Pada Ibu Post Partum


3.Out Put :
Cakupan  Asuhan Breast Care Pada Ibu Post Partum Di Ruang Nifas Meningkat


4.Out Come :
Meningkatnya Angka Pemberian ASI Ekslusif Dan Mencegah Adanya Bendungan Asi Pada Ibu Post Partum dan post Sc Di Ruang Nifas

1.Input :
Bidan, Alat : Kapas DTT Dalam Kom , Bengkok, Handscoon,Dan Tempat Sampah.



2.Proses :
Memberikan Asuhan Vulva Hygien Pada Ibu Post Partum Maupun Post Sc

3.Out Put :
Cakupan Asuhan Personal Hygien Pada Ibu Post Partum Dan Post Sc di Ruang Nifas Meningkat

4.Out Come :
Menurunkan Angka Kejadian Infeksi  Dan Membantu Memelihara Kebersihan Alat Genetalia Ibu Post Partum Dan Post Sc
1.Input :
Bidan, Alat :  Larutan Nacl/RL/ Aquabidest, Betadin, Nebacetin, Cuticell, Kasa Steril, Plaster, Dan Plastik Penutup Luka Untuk Mencegah Luka Terkena Air.

2.Proses :
Memberikan Asuhan Perawatan Luka Post Sc Secara Steril

3.Out Put :
Cakupan Asuhan Perawatan Luka Post Sc Di Ruang Nifas Meningkat


4.Out Come :
Menurunkan Angka Kejadian Infeksi Pada Luka Post Sc Dan Mempercepat Penyembuhan Luka Post Sc Pada Ibu 







BAB IV
PENUTUP



4.1.       Kesimpulan
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas di ruang nifas masih ditemukan banyak hal yang tidak atau kurang sesuai dengan standar kegiatan bidan di ruang nifas.


4.2.       Saran
§ Bidan di ruang nifas bisa lebih meningkatkan kinerjanya.
§  Bidan di ruang nifas melakukan segala tindakan sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
§  Bidan di ruang nifas mengetahui aturan- aturan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.










DAFTAR PUSTAKA

Hand out Nifas